Saturday, December 31, 2011

Layanan Sex di Udara


Judul di atas bukan sekedar kiasan, tapi bisa jadi kenyataan. Seperti kurang tempat untuk jasa sex komersil, sebuah perusahaan escort Belanda membuka layanan baru yaitu sex di udara.

Untuk mempopulerkan servis ini, sang perusahaan membuat sayembara di mana setiap orang bisa bercerita, berdasar pengalaman pribadi, tentang tempat-tempat paling seru untuk bercinta. Misalnya, di ruang ganti baju di sebuah toko, di gudang, di kantor dan lain-lain.

Sekalipun penyelenggaranya adalah sebuah perusahaan jasa sex komersil di Belanda, bukan berarti pesertanya harus dari negeri kincir angin, lapor Radio Belanda, RNW. Dus, siapa saja bisa ikut. Sang pemenang nantinya bisa menikmati hadiah menumpang pesawat jet khusus sambil ‘ditemani seseorang’.

Hadiah juga bisa disesuaikan dengan identitas sexual pemenang, selama tidak melanggar hukum. Dengan kata lain, Girls Company tak membatasi pada peserta heterosexual, tapi juga homosexual.

Belum tahu apakah sayembara tersebut bisa menjadi penglaris layanan terbaru perusaahan sex komersil di kota Amsterdam tersebut. Harga sex di udara dibandrol 6000 Euro sekali jalan. Pesawat akan terbang berputar-putar di atas wilayah udara Belanda. Oiya, 6000 Euro atau setara dengan Rp.72 juta . Itu baru paket standar. (geo)


http://mrcoppas.blogspot.com/2011/09/layanan-sx-di-udara.html

Adriana Nicole - Super Freaky



http://www.filesonic.com/file/3936554025

Alanah Rae - Big Tits Uniform



http://www.filesonic.com/file/3934786275

Alanah Rae - Mandingo Hide Your Wives



http://www.filesonic.com/file/3936554025

Alanah Rae - Swallowed Alive



http://www.filesonic.com/file/4191109655

http://www.fileserve.com/file/wNzhdVe

Alektra Blue - Breking Up HD



http://www.filesonic.com/file/3863150505

http://www.fileserve.com/file/CBMkzDR

Friday, December 30, 2011

The ugly truth about Ron Paul


One of the good things about the craziness that has been, and remains, the race to be the Republican nominee for president is the fact that with each new surging anti-Romney, and with each new "frontrunner," the media have finally been required to do their jobs and look into what these leading Republicans, and indeed much of their party, are actually all about.

For example, while many of us knew full well (and had known for a long time) that Michele Bachmann was insane, her high-profile opposition to the HPV vaccine, wrapped up in her usual conspiracy-theorizing, pushed her insanity further into public view. Similarly, her (and her "cure 'em" husband's) anti-gay views revealed her to be an unabashed bigot. And because she was, for a time, the hottest Republican candidate going, the media could not help but do some probing.

The same has been true of the others, and we're seeing this now with Ron Paul, who has long been seen as a principled libertarian who speaks truth to power in the GOP (and who even has his admirers on the left) but who, while certainly a sort of libertarian, has throughout his long political career held and advanced despicable views and revealed himself to be an ugly racist. Put on the spot, Paul has responded with denials and general "no comment"s. But again, and to their credit, the media are doing what they ought to be doing and digging a little deeper than usual (in this case encouraged and cheered on by Republicans appalled with Paul and fearful of the damage he's doing to their party). And more and more ugliness is coming out:

Texas Rep. Ron Paul has distanced himself from a series of controversial newsletters from the 1980s and 1990s that bore his name and included inflammatory and racially charged language.

As the newsletters burst into view, first during his 2008 presidential bid and again in recent weeks after he climbed to the front of the Republican race in Iowa, Paul has blamed the writings on ghostwriters. He said he was not aware of the "bad stuff," as he described it.

But one of Paul's own books, published solely under his name, contains several passages that could be problematic as he attempts to push his libertarian message into the political mainstream.

In his 1987 manifesto "Freedom Under Siege: The U.S. Constitution after 200-Plus Years," Paul wrote that AIDS patients were victims of their own lifestyle, questioned the rights of minorities and argued that people who are sexually harassed at work should quit their jobs.

The slim, 157-page volume was published ahead of Paul's 1988 Libertarian Party presidential bid and touches on many of the themes he continues to hammer on the stump.

Returning again and again to the of concept of "liberty," he hails the virtues of the gold standard, attacks the Federal Reserve and defends the rights of gun-owners.

But the book, re-issued in 2007 during Paul's last presidential bid with a cover photograph of an ominous SWAT Team, has so far escaped scrutiny amid the latest furor over his newsletters.

Well, now that he's doing so well in Iowa, with a strong showing expected, that scrutiny is happening. Now. And not a moment too soon.

**********

What's interesting is that Romney has, for the most part, escaped such scrutiny. Sure, his opponents have brought up his various inconsistencies and tried to focus (the media's and Republican voters') attention on Romneycare, but no one has been able to stay on top long enough to keep up a sustained attack -- in part because the pro-Romney Republican elites have been knocking them off one by one. And so we've basically spent most of our time tracking the dramatic rises and falls of these anti-Romneys while Romney himself has been able to skate by largely untarnished.

That will change if and when Romney really does solidify himself as the frontrunner and likely winner. Then, one hopes, the media will do to him what they've done to his Republican competitors (helped along by those Republican elites, of course) and what they always do to Democrats (with Republicans driving the dominant media narratives, as always).

Dampak Fatal Sering Masturbasi atau Onani




Banyak pria melakukan masturbasi, bahkan ada yang hingga kecanduan sampai-sampai jadi gelisah jika sehari saja tidak melakukannya. Hati-hati jangan berlebihan, sebab masturbasi juga punya efek samping jika terlalu sering dilakukan.

Tidak ada batasan yang pasti tentang seberapa sering pria boleh masturbasi. Meski dipengaruhi banyak faktor termasuk usia, ada beberapa pendapat yang menyebut frekuensi ideal untuk ejakulasi adalah 2-3 kali seminggu baik melalui masturbasi maupun hubungan seks yang sesungguhnya.

Dikutip dari AskMen, masturbasi yang terlalu sering bisa memicu aktivitas berlebih pada saraf parasimpatik. Dampaknya adalah produksi hormon-hormon dan senyawa kimia seks meningkat teramasuk asetilkolin, dopamin dan serotonin.

Ketidakseimbangan kimiawi yang terjadi akibat hobi masturbasi yang terlalu sering bisa memicu berbagai macam gangguan kesehatan antara lain sebagai berikut:

1. Impotensi
Gangguan pada saraf parasimpatik bisa mempengaruhi kemampuan otak dalam merespons rangsang seksual. Akibatnya kemampuan ereksi melemah, bahkan dalam tingkat keparahan tertentu bisa menyebabkan impotensi yakni gangguan seksual yang menyebabkan penis tidak bisa berdiri sama sekali.

2. Kebocoran katup air mani
Bukan hanya ereksi saja yang terpengaruh oleh kerusakan saraf, kemampuan saluran air mani untuk membuka dan menutup pada waktu yag tepat juga terganggu. Akibatnya sperma dan air mani tidak hanya keluar saat ereksi, lendir-lendir tersebut bisa juga keluar sewaktu-waktu seperti ingus sekalipun penis sedang dalam kondisi lemas.

3. Kebotakan
Dampak lain dari ketidakseimbangan hormon yang terjadi jika terlalu sering masturbasi adalah kerontokan rambut. Jika tidak diatasi, lama-kelamaan akan memicu kebotakan atau penipisan rambut pada pria.

4. Nyeri punggung dan selangkangan
Kontraksi otot saat mengalami orgasme bisa memicu nyeri otot, terutama di daerah punggung dan selangkangan. Bagi yang melakukannya dengan tangan kosong tanpa pelumas, rasa nyeri juga bisa menyerang penis karena gesekan yang terjadi bisa menyebabkan lecet-lecet.

5. Rasa letih sepanjang hari
Setiap kali tubuhnya mengejang karena orgasme, pria akan kehilangan cukup banyak energi karena hampir semua otot akan mengalami kontraksi. Akibatnya jika terlalu sering, pria akan kehilangan gairah untuk beraktivitas dan cenderung akan merasa ngantuk sepanjang hari.

Sementara menurut pakar seks Dr Andri Wanananda MS, masturbasi relatif normal bila dilakukan tidak sampai mengggangu kegiatan produktif sehari-hari.

Diakuinya memang ada dampak masturbasi yang keseringan yakni terjadi ejakulasi dini saat sanggama dengan pasangannya.

"Hal ini disebabkan oleh kebiasaan tergesa-gesa saat masturbasi karena ingin cepat merasakan kenikmatan orgasme seorang diri (self-satisfaction). Lalu ketika ia menikah, sifat tersebut masih terpatri pada dirinya hingga mengabaikan eksistensi isterinya. Itulah yang menyebabkan banyak kasus ejakulasi dini," tutur Dr Andri dalam konsultasi kesehatan.



Cek TKPnya : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/02/dampak-fatal-sering-masturbasi-atau.html#ixzz1dx7dPdl2

Cheerleader Amerika Selatan (Cowok Wajib Liat :D)

Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2
Hot Cheerleaders from South America   awesome 2


http://menujuhijau.blogspot.com/

Ternyata Jilbab Bukan Milik Islam



Bagi sebagian orang judul di atas mungkin terasa aneh, karena jilbab sering dipandang sebagai identitas Islam. Pandangan seperti ini memang tidak terlalu salah, karena hampir semua orang tahu bahwa Islam mewajibkan para wanita (muslimah) memakai jilbab, padahal jilbab sendiri tidak selalu berkaitan dengan Islam. Wanita yang setiap hari memakai jilbab tidak selalu beragama Islam, demikian juga sebaliknya, wanita Islam tidak selalu memakai jilbab. Sayangnya kita sering melupakan hal sederhana ini, sehingga kemudian muncul perdebatan dan tindakan yang menafikan keberagaman dan membelenggu hak asasi manusia. Perdebatan biasanya tidak terlalu penting, karena hanya berkutat di seputar fungsi jilbab dan hubungannya dengan etika (moralitas).Dalam perspektif kekinian, jilbab sering dipersepsikan sebagai sesuatu yang eksklusif dan tidak bisa menerima sekaligus diterima dalam suatu perbedaan.

Bahkan tidak jarang jilbab dianggap sebagai trouble maker. Penerapan hukum wajib memakai jilbab bagi wanita di Aceh dan pelarangan wanita berjilbab di beberapa negara adalah contoh bagaimana jilbab dimaknai secara eksklusif. Di beberapa instansi dan sekolah di Indonesia pun seringkali terdengar kasus pelarangan memakai jilbab. Kasus pelarangan penggunaan jilbab bagi karyawati Rumah Sakit di Semarang menjadi contoh bagaimana jilbab masih dianggap sebagai masalah yang mengganggu. Ini terjadi disamping karena jilbab selalu diidentikkan dengan Islam kolot (kuno) yang eksklusif, sebagian karena jilbab juga dianggap menjadi identitas dari sebuah radikalisme agama (teroris), padahal siapapun tahu bahwa jilbab tidak ada hubungannya dengan terorisme.



Istilah jilbab di Indonesia pada awalnya dikenal sebagai kerudung untuk menutupi kepala (rambut) wanita. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak,charshaf di Turki, dan hijâb di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman. Terlepas dari istilah yang digunakan, sebenarnya konsep hijâb bukanlah 'milik' Islam. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, sudah dikenal beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti tif'eret. Demikian pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani (Kristen dan Katolik) juga ditemukan istilah semakna. Misalnya istilah zammah, re'alah,zaif dan mitpahat.

Menurut Eipstein, seperti dikutip Nasaruddin Umar dalam tulisannya, hijâb sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani). Bahkan Nasaruddin Umar menyebutkan bahwa pakaian yang menutupi kepala dan tubuh wanita itu sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code AsyiriaKompas, 25/11/02). (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab bahkan sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria (Kompas, 25/11/02).

Terlepas dari adanya kewajiban memakai jilbab bagi wanita Islam, sejarah mencatat bahwa jilbab sendiri merupakan bagian dari pakaian kebesaran sebagian besar agama, terutama agama-agama besar di dunia. Pakaian penutup kepala yang seringkali digabung dengan pakaian panjang (semacam toga) yang menutupi hampir seluruh tubuh itu bahkan tidak hanya dipakai oleh wanita, melainkan juga dipakai oleh guru-guru (pendeta) agama. Sehingga perdebatan tentang jilbab sendiri menjadi tidak begitu penting, karena faktanya jilbab telah menjadi tradisi dan identitas hampir semua agama.

Apapun namanya, jilbab atau penutup kepala dan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh wanita, diakui atau tidak adalah bagian dari tradisi dan ajaran agama-agama. Jilbab merupakan identitas tentang sebuah kebaikan, kesopanan dan ketaatan. Tentu saja jika dikaitkan dengan moralitas secara personal, tetap bergantung pada ahlak pemakainya. Karena jilbab hanyalah benda, sama seperti pisau, sangat bergantung pada siapa yang menggunakan.

Dalam Islam, memakai jilbab adalah suatu keharusan bagi seorang wanita dengan maksud untuk menutupi aurat. Sedangkan dalam Kristen dan Katolik, pakaian semacam jilbab selalu digunakan oleh para Biarawati dan para Suster.





Bunda Theresa (Agnes Gonxha), salah satu tokoh panutan umat Kristen dan Katolik selalu memakai jilbab dalam hidupnya. Jilbab dengan nuansa putih dan sentuhan garis biru sang Bunda telah menjadi bagian dari keramahan dan kepeduliannya terhadap sesama.



Rabbi Rachel, salah satu Rabbi yang sangat dihormati oleh umat Yahudi juga selalu menggunakan penutup kepala dan longdress dalam kesehariannya, terutama pada saat memimpin prosesi keagamaan.



Bahkan Dewi Kwan Im (Avalokitesvara Bodhisattva) , yang dikenal sebagai Buddha dengan 20 ajaran welas asih, juga digambarkan memakai pakaian suci yang panjang menutup seluruh tubuh dengan kerudung berwarna putih menutup kepala.



Hal yang sama juga dilakukan dalam tradisi orang-orang India yang sebagian besar penganut ajaran Hindu. Pakaian yang panjang sampai menyentuh mata kaki dengan kerudung menutupi kepala adalah pakaian khas yang dipakai sehari-hari.




Demikian juga pakaian orang-orang Eropa dan Amerika sejak abad pertengahan. Pakaian panjang yang anggun dengan penutup kepala yang khas itu tidak hanya dipakai oleh kerabat kerajaan dan kaum borjuis, namun juga dipakai oleh rakyat kebanyakan. Bahkan style fashionera ini telah menginspirasi para perancang busana saat ini untuk dipakai pada acara-acara agung seperti pernikahan.



Begitu juga dalam tradisi masyarakat Jepang dan tradisi-tradisi sebagian besar kelompok masyarakat di bumi yang telah memiliki peradaban.

Faktanya sejak dahulu sampai saat ini jilbab tidak hanya menjadi bagian dari dinamika peradaban, namun telah menjadi simbol kebaikan dan ketaatan terhadap sebuah keyakinan. Hampir semua agama menggunakan dan menghormatinya sebagai simbol pakaian yang agung, meski tidak semua menetapkannya sebagai kewajiban. Fakta ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa jilbab tidak selayaknya dianggap sebagai problem, apalagi dipersepsikan menjadi bagian dari kekerasan. Perdebatan apapun mengenai jilbab hanyalah pepesan kosong tanpa makna.

Dari perspektif tradisi (culture) bersama inilah seharusnya jilbab tidak menjadi penghalang kebersamaan, namun seyogyanya dapat menjadi pemersatu dalam keragaman agama dan budaya. Jilbab semestinya dimaknai sebagai keagungan berbudaya dan bukan sebaliknya. Bagaimanapun jilbab terbukti merupakan identitas dan milik semua agama, sehingga naif jika hanya dikaitkan dengan salah satu agama dan diidentikkan dengan keterbelakangan budaya(eksklusifisme). Akhirya, karena jilbab adalah keniscayaan, bagian dari keagungan budaya, dan diterima oleh semua agama, terlepas kita memakainya atau tidak, mestinya kita bisa menerima keberadaannya kan ?[zonamaya.info]



http://motivasi259.blogspot.com/2011/09/ternyata-jilbab-bukan-milik-islam.html

6 Cara Merawat Mata Minus


Sampai beberapa tahun kehidupan, bola mata kita terus berkembang. Pada mata yang minus, bola mata memanjang. Sehingga untuk membantu mempertajam penglihatan diperlukan kacamata minus. Begitu juga pada mata positif. Cara kerja mata kita bagaikan lensa. Jika kita terlalu banyak memaksakan mata untuk melihat dalam keadaan gelap atau jauh maka mata akan berakomodasi terus. Semakin sering mata berakomodasi semakin memperlambat kerja penglihatan. Hal itu tentu bisa menyebabkan mata minus ataupun positif. Untuk tidak memperparah mata minus Anda, perhatikan tips berikut ini.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHr6c17tMtlhw5tDVK45rY4y9FlRR1GpCMSkwXkNpusy5iLa-8D0xL6PkNDmOD_BAesQfnF_0cWpGBKNJ11xBMVaEb-y_mQQ3U1OFiNars6O4Dp4jGlOyBstj8aQF0SQG4uoWvpkeCnIg/s320/optik21-250x300.jpg

1. Cara termudah untuk perawatan mata minus tak kian bertambah adalah banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lutein
Lutein banyak terkandung pada sayuran berwarna hijau. Lutein sangat diperlukan retina sebagai filter terhadap sinar biru yang toksik terhadap makula retina mata. Selain itu ada baiknya Anda juga mengkonsumsi makanan bervitamin A dan beta karoten seperti wortel dan ubi. Banyak-banyaklah konsumsi sayuran, selain Anda mendapatkan manfaatnya bagi mata baik juga untuk tubuh dan kulit kan?

2. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah minus pada mata bertambah
Salah satunya adalah selalu mencek kondisi mata Anda. Kendati Anda tak merasakan adanya masalah pada mata, tak adal salahnya sesekali memeriksakannya ke dokter. Akan lebih mudah jika bisa diketahui lebih dini.

3. Kendalikan kondisi kesehatan yang bisa berdampak pada penglihatan
Seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Segera tangani penyakit Anda. Lakukan juga perawatan mata.

4. Lindungi dengan kacamata
Mata minus sebaiknya selalu terlindungi dari radiasi sinar UV. Pilih kacamata yang tepat dengan kualitas baik. Kacamata ini akan semakin penting artinya saat Anda menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer atau TV. Ataupun saat Anda tangah mengkonsumisi obat yang meningkatkan kepekaan mata kita terhadap radiasi sinar UV.

5. Sering-sering mengistirahatkan mata Anda
Kendati hal ini tak akan mengurangi minus pada mata Anda, setelah berjam-jam duduk di depan komputer cobalah melihat pemandangan lain. Jangan terlalu memfokuskan mata pada komputer terlalu lama.

6. Yang tak kalah harus diperhatikan adalah penerangan yang cukup
Jangan memaksakan diri membaca dalam gelap atau cahaya yang remang-remang. Sebaiknya juga jangan menonton TV di malam hari dengan lampu mati. Gunakan penerangan yang cukup untuk membantu mata Anda menguasai objek yang ingin dilihat.
http://menujuhijau.blogspot.com/2011/09/6-cara-merawat-mata-minus.html#ixzz1XpWG46xm
http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/09/6-cara-merawat-mata-minus.html

This day in music - December 30, 1942: Frank Sinatra performs solo for the first time


Apparently, for the first time as a solo act, Frank Sinatra stepped out at the Paramount Theatre in New York City on this date in 1942 to throngs of screaming bobby soxers, no doubt. Follow the link if you don't know what bobby soxers were. I'm not making this up. What, you think this started with The Beatles or Elvis?

I must admit, I didn't exactly grow up listening to the music of Frank Sinatra. A bit before my time. But I like him. And love that jazz standards / Great American Songbook stuff.

My favourite of his has always been "It Was a Very Good Year," though I couldn't find a great YouTube clip, not one that was in sync anyway. I always thought this one was interesting because it was originally recorded by Bob Shane of the Kingston Trio, having been composed by Ervin Drake in 1961. In fact, I discovered one performance in which Sinatra refers to it as a folk song.

So many great songs to choose from, though.

Here's a nice version of "Fly Me To The Moon," a song written in 1954 by Bart Howard. It seems that the Apollo 10 astronauts played Sinatra's 1964 recording of the song on their lunar-orbital mission and Buzz Aldrin played it again on the Moon itself during the Apollo 11 landing. I guess we could have seen that one coming.


(Cross-posted at Lippmann's Ghost.)

The Great Santorum Surge of December 2011


Don't laugh.

Well, fine, go ahead.

Done? Okay.


Last week, I wrote that Rick Santorum will be the 2012 Republican nominee for president. I wasn't being serious, of course, but there's no denying Santorum's upward momentum, at least in Iowa, where he's left Perry and Bachmann behind and is now challenging Gingrich for third. (One poll, from Rasmussen (not the most credible pollster, but still), has him ahead of Newt.) And he's revving up the attacks on those ahead of him, particularly Ron Paul. For Santorum and his supporters, it's an exciting time indeed.

Who knows? Maybe he can win the damn thing. Or come damn close.

Yes, with Newt collapsing, Santorum could well finish third in Iowa, where what matters is appealing to (and turning out) a tiny fraction of the electorate (with even the vast majority of Republicans staying home from the caucuses), but even with a bit of a boost coming from such a relatively strong showing, that would be the end of the line for him. While he has understandably focused almost exclusively on Iowa, he has little to no organization anywhere else and remains for the most part a fringe candidate even in the right-wing Republican Party. He certainly has the conservative bona fides to appeal to much of the primary-voting base, but he's just too deranged for the establishment and too unelectable for the elites. Which is why he's never been taken seriously as a possible nominee. And why in national polls he remains a distant sixth.

So why is he surging? Obviously, he's benefitting from Newt's sudden fall and from a field that is, as we keep saying, embarassingly weak. And in Iowa, where he's got a fairly big name (prominent campaign, a couple of big-time endorsements), where else at this point are conservatives, and especially the social conservatives so prevalent in that state, to turn?

So is Ron Paul a racist, or what?


If his long history of bigotry doesn't sway you, including those racist newsletters, how about the fact that white supremacists thought he was "one of us":

Ron Paul was a hot topic this week on the talk radio show hosted by prominent white supremacist Don Black and his son Derek. Mr. Black said he received Mr. Paul's controversial newsletters when they were first published about two decades ago and described how the publications were perceived by members of the white supremacist movement. Former KKK Grand Wizard and Louisiana Congressman David Duke also phoned in to explain why he’s voting for Mr. Paul.

"Everybody, all of us back in the 80's and 90's, felt Ron Paul was, you know, unusual in that he had actually been a Congressman, that he was one of us and now, of course, that he has this broad demographic -- broad base of support," Mr. Black said on his broadcast yesterday.

Mr. Black is a former Klansman and member of the American Nazi Party who founded the "white nationalist" website Stormfront in 1995. He donated to Mr. Paul in 2007 and has been photographed with the candidate. Mr. Paul has vocal supporters in Stormfront's online forum. Mr. Black has repeatedly said he doesn't currently think Mr. Paul is a "white nationalist."

Mr. Paul's newsletters contained threats of a "coming race war," worries about America's "disappearing white majority" and warning [sic] against "the federal-homosexual cover-up on AIDS." He has since denied writing the newsletters, which appeared under his own name.

"I didn't write them, I disavow them, that's it," Mr. Paul said in a tense CNN interview.

On Monday, Mr. Black said he originally believed the newsletters were written by Mr. Paul.

"They went out under his name in the first person and most people receiving these newsletters, including me, thought he really did write them," Mr. Black said.

Ba-zoom. (Or, as they say in the tennis world: game... set... match.)

**********

Lesson for today:

Not all bigots come dancing around a burning cross wearing silly white hoods or marching down the Champs-Elysees waving swastika flags. Some of them are leading figures in the Republican Party, enjoying long and successful political careers, poised to do extremely well in Iowa (whether the GOP "mainstream" likes it or not).

**********

For more on Paul's bigotry and conspiracy-theorizing craziness, see this piece by James Kirchick (who wrote the first piece linked above) at the Times.

Robert Reich says it will be Obama-Clinton in 2012


Okay, my break is over. Back to politics.

Robert Reich, former Secretary or Labor under President Bill Clinton, says that the Democratic ticket in 2012 will have Hillary Clinton as the vice presidential candidate. He's quick to point out that it's based on absolutely nothing, which reminds me that, also based on absolutely nothing, I suggested many months ago that Hillary would run for the top job in 2016. Hey, why not? It's all idle speculation, though, to be fair, there is some logic to Reich's musings.

Here's his thinking:

Obama needs to stir the passions and enthusiasms of a Democratic base that's been disillusioned with his cave-ins to regressive Republicans. Hillary Clinton on the ticket can do that.

Moreover, the economy won't be in superb shape in the months leading up to Election Day. Indeed, if the European debt crisis grows worse and if China's economy continues to slow, there's a better than even chance we'll be back in a recession. Clinton would help deflect attention from the bad economy and put it on foreign policy, where she and Obama have shined.

The deal would also make Clinton the obvious Democratic presidential candidate in 2016 — offering the Democrats a shot at twelve (or more) years in the White House, something the Republicans had with Ronald Reagan and the first George Bush but which the Democrats haven't had since FDR. Twelve years gives the party in power a chance to reshape the Supreme Court as well as put an indelible stamp on America.

I think we have all heard it said that Joe Biden covets the Secretary of State gig. I'm not sure where that comes from, but we've heard it, which means a job swap could work. And no matter what Hillary Clinton says, if offered an opportunity to position herself to become President of the United States of America, she won't say no.

Robert Reich is not the kind of guy who just says stuff. I think he may have a point. Bottom line is that this will all hinge on the extent to which Obama and his team think they need the help. If this is the only way they can get themselves comfortable with their re-election chances, I see no reason to dismiss the possibility.

And now that the GOP has finally stopped fooling around with the idea of nominating the gift to Obama that would have been Newt Gingrich, it does look like Mitt Romney. And if it's Romney, it will be a race. And if it's a race, all hands will be on deck for Democrats, maybe even Mrs. Clinton's.

Could happen.

(Cross-posted at Lippmann's Ghost.)